Jumat, 08 Juni 2012

PROFIL - Edwin Van Der Sar: Sukses Di Klub Pertama dan Terakhir




EDWIN VAN DER SAR

BIODATA
Tempat, Voorhout, Belanda, tanggal lahir 29 Oktober 1970

KLUB
985-1980 Foreholte (youth) 1985-1990 VV Noordwijk (youth) 1990-1999 Ajax Amsterdam 1999-2001 Juventus 
2001-2005 Fulham 
2005-2011 Manchester United

TIM NASIONAL
1995-2008 Belanda (130 laga)

PRESTASI
Ajax: Eredivisie 1993/94, 1994/95, 1995/96, 1997/98, KNVB Beker 1992/93, 1997/98, 1998/99, Johan Cruiyff Schaal 1993, 1994, 1995, Liga Champions 1994/95, Piala UEFA 1991/92, Piala Super UEFA 1995, Piala Interkontinental 1995.
Man. United: Liga Primer 2006/07, 2007/08, 2008/09, 2010/11, Piala Liga 2005/06, 2008/09, Community Shield 2007, 2008, 2010, Liga Champions 2007/08, Piala Dunia Antarklub 2008.


Bagaimana kisah perjalanan karier Van der Sar? Semua bermula ketika pada umur sepuluh tahun dia mendaftar ke akademi Foreholte, klub kota kelahirannya, Voorhout, pada 1980. Lima tahun berselang, Van der Sar yang beranjak remaja melanjutkan pendidikan sepakbolanya di VV Noordwijk.

Lima tahun berikutnya, talenta Van der Sar terendus Louis van Gaal, kala itu menjabat asisten pelatih Ajax Amsterdam, yang lantas menggaetnya ke klub terbesar di negeri Tulip tersebut. Meski begitu, Van der Sar tak serta-merta mendapat kepercayaan sebagai pemain utama.

Sempat berkutat di skuat reserve pada awal kariernya bersama Ajax, debut profesional Van der Sar didapatkan pada 23 April 1991 dalam laga pekan ke-32 Eredivisie kontra Sparta Rotterdam. Ia diturunkan pelatih Leo Beenhakker di menit babak pertama guna menggantikan kiper Stanley Menzo.

Sementara status sebagai kiper nomor satu De Godenzonen diamankan Van der Sar pada musim 1993/94, di mana kemudi taktik tim saat itu dipegang Van Gaal. Pada musim tersebut, Van der Sar turut berperan mengantar tim menyabet titel kampiun Eredivisie. Penampilan impresif sang kiper sendiri diganjar dengan penghargaan Dutch Keeper of the Year, yang kemudian dipertahankannya secara berturut-turut tiga tahun berikutnya.

Semusim berselang, prestasi lebih istimewa ditorehkan Van der Sar bersama Ajax. Selain kembali menjuarai Eredivisie, anak-anak asuh Van Gaal berhasil mencaplok trofi Liga Champions dengan menumbangkan juara bertahan AC Milan 1-0 dalam laga final. Van der Sar dan De Ajacieden kemudian kembali menapak hingga partai puncak UCL edisi 1995/96, tetapi kali ini mereka mesti menyerah di tangan Juventus lewat adu penalti.
Setelah memperkuat Ajax selama hampir satu dekade (1990-99) dan mengoleksi total 14 silverware, Van der Sar akhirnya memutuskan untuk pergi. Walau kabarnya dibidik pula oleh Manchester United untuk menggantikan Peter Schmeichel, yang hengkang usai klub memenangi treble winners, Van der Sar lebih memilih pindah ke Juventus, sekaligus menjadi portiere asing pertama di klub raksasa Italia itu.

Sayang, selama dua tahun berseragam Hitam-Putih Van der Sar gagal meraih satu pun gelar bergengsi. Ia mesti puas dua kali menjadi runner-up Serie A di bawah Lazio (pada musim 1999/2000) dan AS Roma (2000/01).
Seiring langkah Juve membeli Gianluigi Buffon dari Parma pada musim panas 2001 dengan banderol £32,6 juta, rekor transfer termahal di dunia untuk penjaga gawang, Van der Sar sadar dirinya bakal sulit mempertahankan status sebagai pilihan utama.
Ogah menjadi ban serep, figur bertinggi badan 197 cm ini pun memilih cabut dan merapat ke Fulham, tim yang kala itu baru mendapat tiket promosi ke Liga Primer Inggris untuk musim 2001/02. Empat musim yang dilalui Van der Sar dengan kubu Craven Cottage memang tak berbuah trofi, namun performanya mengundang ketertarikan dari klub-klub elite EPL seperti Arsenal dan Manchester United. Tim yang disebut terakhir ini akhirnya menjadi pelabuhan berikut dalam karier Van der Sar. Transfernya ke Old Trafford diresmikan pada musim panas 2005, atau ketika Van der Sar berumur 35 tahun.
Usia gaek toh bukan persoalan, dan justru menjadikan Van der Sar kian matang sebagai kiper. Bersama The Red Devils, ia pun seolah kembali ke maja kejayaan saat di Ajax yang penuh dengan kesuksesan. Usai melewati musim 2005/06, musim debutnya berkostum United, dengan raihan trofi Piala Liga, pada 2006/07 giliran titel Premier League yang direngkuh Van der Sar.
Musim kompetisi berikutnya (2007/08) dapat dikatakan sebagai musim terbaik Van der Sar di Theatre of Dreams dari segi gelar, di mana keberhasilan mempertahankan titel EPL dibarengi pula dengan kegemilangan di pentas Liga Champions. Ini merupakan kali kedua Van der Sar mengangkat trofi La Orejona setelah sebelumnya melakukannya bersama Ajax.
Sukses terasa kian manis karena Van der Sar mendapat predikat Man of the Match versi UEFA di laga final melawan Chelsea, di mana ia mementahkan tembakan Nicolas Anelka dalam adu penalti untuk memastikan kemenangan United.




Persis seperti kala memperkuat Ajax, bersama Setan Merah Van der Sar punya peluang besar untuk mempertahankan gelar UCL. Namun, laksana de javu, upaya ini pun mesti berakhir dengan kegagalan. United yang sukses melangkah hingga final edisi 2008/09 mesti mengakui keunggulan Barcelona 2-0.
Kendati demikian, bukan berarti musim tersebut tak pantas dikenang Van der Sar. Justru sebaliknya. Sebab, di musim itu ia berhasil mencetak rekor anyar sebagai kiper yang paling lama tak kebobolan di Liga Primer (1.311 menit). Pencapaian ini menjadi salah faktor kunci bagi keberhasilan United kembali menjuarai EPL.
Setelah hampa gelar di musim 2009/10, Van der Sar bersama United sekali lagi menyabet titel Premier League pada 2010/11 dan menembus final Liga Champions. Sayang, armada Sir Alex harus menyerah dari Barca, kali ini dengan skor 3-1.
Partai yang dihelat di Wembley itu merupakan laga terakhir Van der Sar dengan The Red Devils, klub tempatnya mengemas total 11 gelar, dan yang terakhir pula baginya sebagai pesepakbola profesional. Pada umur 41 tahun, Van der Sar merealisasikan rencana gantung sarung tangan yang telah diungkapkannya sejak pertengahan musim.
Kendati merengkuh segudang prestasi di level klub, sayangnya sukses tak pernah dirasakan Van der Sar bersama tim nasional Belanda. Melakukan debut buat De Oranje pada 1995 -- saat cap-nya masih nol, ia sebenarnya terpanggil ke dalam skuat Piala Dunia 1994 namun tak pernah dimainkan -- status sebagai kiper utama tak pernah lepas dari genggaman Van der Sar hingga ia mengundurkan diri dari sepakbola internasional pada 2008.
Selama periode tersebut, hanya sekali ia melewatkan event akbar antarnegara, Piala Dunia 2002, itu pun lantaran Belanda gagal lolos ke putaran final. Tapi, tak satu pun dari ajang Euro 1996, 2000, 2004, dan 2008, serta Piala Dunia 1998 dan 2006 yang diakhiri Belanda sebagai kampiun.
Meski demikian, Van der Sar tetap boleh berbangga. Dengan total 130 pertandingan, namanya masuk buku sejarah sebagai kolektor cap terbanyak bagi De Oranje.


*source: http://www.goal.com/id-ID/news/1569/profil/2012/06/09/3159158/profil-edwin-van-der-sar-bergelimang-sukses-di-klub-pertama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar