Clarissa POV
Hari masih pagi, The Boys belum ada
satupun yang bangun. Aku langsung saja mengambil inisiatif untuk membuatkan
mereka sarapan. Kuambil bahan-bahan yang diperlukan yang tersedia di dalam
kulkas, lalu aku mulai mengolahnya.
Setelah matang, kutata makanan-makanan
itu di meja makan. Aku terperanjat ketika aku tak sengaja menoleh, Zayn sudah
berdiri di belakangku. “Oh, Zayn. Kau
mengagetkanku.”
“Eh, sorry. Aku tak bermaksud seperti
itu.”
“Iya. Tidak apa-apa kok. Anyway, kau
sudah bangun?”
“Ya, tentu saja. Bau masakan yang
enak ini telah membangunkanku. Kau yang memasaknya sendiri?” tanya Zayn.
“Hehe, kau bisa saja Zayn. Iya aku
yang memasaknya sendiri.”
“Untuk kami?” Zayn mengerutkan
keningnya.
“Iyalah, masa iya semua makanan ini
kumakan sendirian? Haha,” candaku.
“Ohaha. Kau ini,” ujar Zayn sambil mencolek
daguku. Seketika aku berhenti tertawa dan
kurasakan ada sedikit getaran yang
kurasakan dalam hatiku.
“Anyway, kau ini assistantku. Bukan
tukang masak untuk kami, ” kata Zayn.
“Hehe, iya aku tau. Tapi bukan
masalah, kan? Lagipula ini kemauanku sendiri, anggap saja ini ucapan
terimakasihku karena kalian telah mengijinkanku tinggal di sini.”
“Clarissa......”, ujar Zayn sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Why?” tanyaku.
“Eh, no..no.. baiklah, terserah kau
saja. Lakukanlah apa yang kau mau, asal kau menyukainya itu bukan masalah,”
kata Zayn sambil tersenyum dan kemudian berbalik pergi meninggalkanku.
Aku yang bingung dengan sikap Zayn
barusan hanya bisa menggelengkan kepalaku sembari menatap kepergiannya.
*****
Aku duduk di beranda rumah sembari
memandangi langit malam yang berhiaskan cahaya bulan dan bintang. Ini kulakukan
hampir setiap malam, dan mungkin bisa disebut sebagai kebiasaanku.
“Dorrrrr...!”
Suara itu memecah keheningan. Aku
terkejut mendapati Zayn yang sudah berdiri di sampingku. Seketika itu juga
tubuhku terlonjak.
“Eh, Zayn. Kau ini suka sekali membuat
orang jantungan ya? Huh!”
“Haha, I’m sorry. Aku memang sengaja.”
“Dasar kau ini menyebalkan.” Kataku
sambil ku kerucutkan bibirku.
“Hey, jangan ngambek dong. Yaudah
deh, daripada kamu manyun gitu mending kita pergi aja yuk ke suatu tempat,”
ucap Zayn
sembari mendudukkan tubuhnya di
sebelahku.
“Hah? Pergi? Bersamamu?” tanyaku tak
yakin.
“Iyalah. Bagaimana? Kau mau kan?”
“tapi...”
“What?”
“T..tapi aku kan tidak punya baju
yang bagus untuk dipakai keluar malam ini.”
“Tidak ada tapi-tapian. Sudah, kau
ganti baju dulu sana. Sudah kusiapkan gaun untukmu di
kamarmu. Kau tahu, wajahmu jelek
kalau terus-terusan melongo seperti itu. Sudah sana!
Dandanlah yang cantik untukku. Ku
beri waktu 15 menit,” kata Zayn sembari mendorong tubuhku masuk ke dalam rumah,
membuatku tak dapat berbuat apa-apa selain menuruti kemauannya.
*****
Author P.O.V
Clarissa menampakkan dirinya dengan
mengenakan gaun merah yang membuatnya terlihat anggun dan cantik. Ternyata Zayn
tak salah membelikan gaun itu untuknya. Selain ukurannya pas, gaun itu terlihat
sangat cocok dikenakan Clarissa. Clarissa terlihat berbeda dari yang biasanya.
Zayn pun terkagum melihatnya. Tak satu
patah kata keluar dari mulutnya, untuk beberapa saat.
“Hey, Zayn Javadd Malik! What do you
think?”
“emh.. emh...!” Zayn mendadak jadi
gagu.
“What’s wrong? Ada yang salah denganku?”
“Tidak, kau hanya terlihat...
sedikit.... lebih... cantik!”
“Huh kau ini, kalau mau memujiku
tidak usah tanggung-tanggung seperti itu -_-“
“Haha.. Baiklah Mrs. Perch. Ayo
berangkat sekarang,” kata Zayn dengan senyum jahilnya sembari membukakan pintu
mobil untuk Clarissa.
“Kemana?”
“Sudah, masuklah.”
*****
Sepulangnya dari tempat makan
favoritnya, Niall langsung menuju ke kamar Clarissa sambil menenteng sebuah
bungkusan yang berisi donat. Ia sengaja membelikan oleh-oleh untuk Clarissa
karena dia tahu Clarissa sangat menyukai donat.
“Knock knock!” Niall mengetuk pintu
kamar Clarissa. “Cla...! Clarissa....! Cla...!”
Berkali kali ia mengulang namun tak
ada jawaban. Karena tak ada tanda-tanda ada orang di dalam, akhirnya Niall
terpaksa membuka pintu itu, dan mukanya terlihat mulai khawatir karena ia tak
mendapati Clarissa di situ. Niall langsung turun ke ruang tengah dan bertanya
pada Harry, Louis, dan Liam yang tengah asik bermain PS.
“Guys, kalian tau kemana Clarissa?
Sudah kucari di kamarnya, tapi tak ada,” tanya Niall dengan muka panik.
“Dia pergi bersama Zayn,” jawab Harry
heran. “Anyway kenapa kau tampak panik seperti itu?”
“Tidak, bukan apa-apa. Sudah berapa
lama mereka pergi?
“Sekitar setengah jam yang lalu. Kau
tak perlu mencemaskannya. Dia pasti aman bersama Zayn.”
“Iya, kau ini kenapa Niall?
Pulang-pulang langsung Clarissa yang kau cari? Sebenarnya kau ini darimana
saja?” sahut Louis.
“Emh.” Niall berjalan mendekati The
Boys dan menaruh bungkasan donat itu di meja. “Ini untuk kalian.”
Dengan perasaan kecewa, Niall
langsung berlari menaiki tangga menuju kamarnya, tanpa menghiraukan Liam,
Harry, dan Louis yang heran dengan sikapnya yang begitu mencemaskan Clarissa.
Dia terlihat kecewa karena dia kalah start dari Zayn.
“Hey, ada apa dengannya?” tanya Liam.
“Entahlah,” jawab Louis. “Dia
terlihat begitu mencemaskan Clarissa. Apa jangan-jangan dia suka pada Clarissa?”
“Hmm, I dont know,” kata Liam sambil
mengangkat kedua bahunya.
*****
Clarissa P.O.V
Zayn mengajakku ke sebuah restoran
yang mahal dan mewah. Namun, aku tak mengerti kenapa tak ada orang yang makan
di sini. Hanya aku, Zayn, dan pelayan-pelayan restoran saja yang ku lihat.
“Zayn, restoran sebagus dan semewah
ini sepi sekali. Jangan-jangan makanannya tidak enak, makanya jadi sepi
pengunjung.”
Zayn tertawa lalu menjitak kepalaku,
“haha, dasar bodoh.”
“aww! Sakit Zayn,” aku nyengir
menahan sakit sembari mengusap-usap rambutku.
“Iya kau ini bodoh. Mana mungkin aku
memilih restoran yang tidak enak makanannya-_-”
“Terus ini kok...?” tanyaku heran.
“Well, aku menyewa restoran langganan
aku dan The Boys khusus malam ini. Agar aku bisa bebas dinner bersamamu, bodoh
:p”
“Jadi restoran ini langganan kalian?
Lalu apa maksudmu agar bisa bebas dinner bersamaku?” tanyaku masih tak
mengerti.
“Ahh, kau ini memang bodoh. Masa
begitu saja masih tak mengerti. Sudah duduklah dulu, kau akan tau nanti.” Zayn
menarik sebuah kursi dan mempersilakan aku duduk disitu. Ku lihat meja di
hadapanku berhiaskan sebuah lilin kecil indah yang menyala disertai mawar merah
dan putih yang saling berdekapan mengitari lilin tersebut. Aku semakin tak mengerti
apa maksud Zayn melakukan semua ini.
“Zayn...?”
“Yeah?”
“Apa ini tidak berlebihan?”
“Apanya yang berlebihan? Aku rasa
semua ini tak ada yang berlebihan. Sudahlah, sekarang silakan pesan menu
makanan yang kau mau. Bebas,” ucapnya.
“Tapi, Zayn..” belum sempat aku
menyelesaikan kalimatku, Zayn lebih dulu memotongnya, “Cla, kau ini selain
bodoh ternyata cerewet juga ya. Huh, sudahlah jangan banyak bertanya lagi.”
Huh, berani sekali dia mengataiku.
Kalau saja dia tidak berbaik hati mengajakku dinner malam ini, mungkin sudah
habis seorang ‘Zayn Malik’ ini di tanganku -_-
*****
“Whoa! Makanannya yummy... ternyata
makanan di tempat ini so delicious! Aku sudah kenyang, Zayn,” kataku sambil
mengusap-usap perutku.
“Kau sudah kenyang? Syukurlah kalau
kau menyukai makanannya.”
“Iya, kalau saja perutku masih muat,
aku ingin menghabiskan semuanya, terlalu sayang masakan semahal dan seenak ini
tidak di habiskan huhu.”
“Baiklah, kalau kau mau lain waktu
kita bisa datang lagi ke sini.”
“Benarkah? Kau mau mengajakku ke
tempat ini lagi?” tanyaku girang.
“Iya, tentu saja. Selagi itu membuatmu
senang, why not?”
“Awh, thanks a lot, Zayn.” Spontan,
aku bangkit berdiri untuk menghampiri Zayn dan tanpa sadar memeluknya.
Author POV
Spontan, Clarissa bangkit menghampiri
Zayn dan tanpa sadar memelukya. Zayn terkejut. Ia pun terlonjak. Namun,
perlahan Zayn mulai membalas dekapan hangat Clarissa. Kini tak ada jarak yang
membatasi mereka berdua.
“Ya Tuhan, andai waktu bisa
kuhentikan saat ini juga. Aku tak ingin melepaskan pelukan ini. Aku tak ingin
saat-saat ini berlalu begitu cepat,” batin Zayn.
Setelah menyadari tindakannya itu,
Clarissa mulai melepaskan dekapannya dari tubuh Zayn. “Oh, I’m sorry Zayn.
Maaf, aku lancang.” Seketika itu juga wajah Clarissa memerah.
“Oh, never mind. It’s okay.” Setelah
kejadian tersebut keduanya bersikap kaku dan canggung.
“Emh, Cla...” Zayn membuka
pembicaraan.
“Yeah?”
“Maukah kau... berdansa denganku?”
tanya Zayn ragu.
“Emh.. Okay.”
Zayn tersenyum. Ia lalu bangkit dari
kursinya, dan meraih kedua tangan Clarissa. Jantung Clarissa pun semakin tak
karuan berdetak cepat ketika Zayn melingkarkan kedua tangannya di bahu Zayn.
“Oh, God! Ada apa dengan diriku? Ada
apa dengan perasaanku? Kenapa aku tak kuasa untuk berhadapan dengannya? Kenapa
badanku terasa lemas setiap kali menatap matanya? Oh My... Help me..! It feels
like butterfly in my stomach!”, batin Clarissa.
Your
hand fits in mine
Like it's made just for me
But bear this in mind
It was meant to be
And I'm joining up the dots
With the freckles on your cheeks
And it all makes sense to me
I know you've never loved
The crinkles by your eyes when you smile
You've never loved
Your stomach or your thighs
The dimples in your back at the bottom of your spine
But I'll love them endlessly
I won't let these little things slip out of my mouth
But if I do, it's you, Oh it's
you,
They add up to
I'm in love with you,
And all these little things