Pria tua itu terus mengunyah permen karet, wajahnya tampak tegang di pinggir lapangan. Sebentar-sebentar dia memberi instruksi kepada pemainnya, tak lama pria tua itu berteriak protes ke arah wasit yang mengusir Luis Nani dari lapangan.
Dalam pertandingan itu, Manchester United tersingkir dari Real Madrid dengan kalah agregat 3-2 di babak 16 besar Liga Champions musim ini. Pria tua itu adalah Sir Alex Ferguson, pelatih United. Tak disangka, kekalahan dari Madrid ternyata menjadi laga terakhir Fergie (sapaan akrab Alex Ferguson) di kompetisi antar klub elite Eropa itu. Ya, akhir musim ini, Fergie memutuskan pensiun sebagai seorang pelatih.
Usia Fergie telah menginjak 71 tahun, dan sesungguhnya dengan umur setua itu, tak mengejutkan bila seorang pelatih memutuskan pensiun. United beserta fans mereka pun pasti sadar, hari Fergie mengumumkan pengunduran dirinya, cepat atau lambat akan tiba.
Hanya saja, tak ada yang menyangka Fergie akan mundur akhir musim ini. Mungkin ada yang berharap, "Setidaknya satu gelar Liga Champions lagi, Fergie!"
Mungkin pada 2002 silam, Fergie bisa mengubah keputusan pensiunnya berkat bujukan Cathy, sang istri. Tapi tidak untuk sekarang. Fergie sadar dia sudah terlalu tua untuk pekerjaan ini.
Lagipula, tak ada waktu yang lebih tepat untuk pensiun selain dengan mengantarkan United meraih gelar ke-20 Liga Inggris. 38 trofi sepanjang karier kepelatihannya di Old Trafford, termasuk 13 gelar Liga Inggris, dua mahkota Liga Champions, lima trofi FA Cup dan empat gelar Piala Liga, apa sebutan yang lebih layak selain fantastis?
Tapi, apa jadinya bila United pada musim 1989-1990 gagal memenangi FA Cup? Saat ini, kita mungkin tidak akan melihat pria tua yang gemar mengunyah permen karet itu di sisi lapangan Old Trafford. Tidak ada cerita pelipis David Beckham yang luka akibat tendangan sepatu, tidak ada kisah Class of '92, dan tentu saja tak akan ada Fergie Time.
Di era sepakbola modern seperti sekarang, melihat seorang pelatih menangani hanya satu klub untuk rentang waktu lebih dari 10 tahun adalah hal luar biasa. Dan, Fergie melakukannya untuk 27 tahun! Dia bukan saja membangun United, tapi Fergie adalah United itu sendiri.
Fergie bisa dengan santai melepas pemain-pemain berlabel bintang seperti, Paul Ince, Ruud van Nistelrooy, David Beckham, Cristiano Ronaldo, atau Carlos Tevez, tapi Fergie tak pernah kehabisan stok pemain penggantinya. Fergie selalu tahu cara bertindak sebagai bos, memperlakukan para pemainnya, siapa pun pemain yang pernah diasuhnya tahu betapa dashyatnya hairdryer treatment.
Keputusan pensiun Fergie akhir musim ini rasanya pun seperti injury time. Bisa saja dia pensiun ketika United menyamai torehan 18 gelar Liga Inggris milik Liverpool, tapi Fergie tidak melakukannya. Dia lebih suka mengalahkan torehan gelar Liverpool di sisa-sisa waktunya di Theatre of Dreams. Dia menggunakan Fergie Time-nya yang terkenal itu.
Musim depan, kita tak lagi melihat pria tua pengunyah permen karet di bangku cadangan United. Mungkin, seperti kita, dia akan menonton United dari layar televisi, atau mungkin Fergie memilih duduk bersama istrinya di teras rumah sambil minum secangkir teh, dan menikmati masa-masa pensiunnya. Ah, betapa fans United akan merindukannya nanti.
source: bola.okezone.com