Selasa, 26 Maret 2013

FF 1D - Loved You First Part 1

LOVED YOU FIRST
Part 1

Clarissa POV

Sebelumnya, perkenalkan namaku  Clarissa Emeline Perch. Aku adalah seorang gadis berusia 18 tahun yang lahir di kota Guildford, Inggris. Aku lahir dari keluarga yang sederhana. Aku sangat menyanyangi kedua orang tuaku, Clark James Perch dan Anne Marissa Perch, dan tentu saja adikku satu-satunya, Jonathan Mark Perch. Sekarang aku tinggal sendiri di London, terpisah dengan keluargaku untuk melanjutkan kuliah ku disini karena orang tuaku ingin aku belajar menjadi seorang yang mandiri. Di London aku menyewa sebuah rumah yang tidak terlalu besar dan sederhana.

Soal ciri-ciri fisikku, aku memiliki tubuh yang ideal, tinggi badanku sekitar 165 cm. Berambut panjang, hitam, dan lurus.Banyak yang bilang aku memiliki wajah yang cantik, but I think I’m just an ordinary girl. Ya, itulah sepenggal cerita mengenai siapa diriku.


*****


“knock..!! knock..!!” Aku mengetuk pintu sebuah rumah yang besar dihadapanku sambil menyangga tubuh Zayn yang hampir ambruk. Tak lama kemudian seseorang membukakan pintu. Ya, itu Niall. Sekejap Niall memperhatikan aku dan Zayn. Sepertinya dia terkejut mendapati diriku yang sedang membopong Zayn dan bau alkohol yang tersengat dari tubuh Zayn.

“Hey, apa yang terjadi pada Zayn? And who are you?”. Belum sempat aku menjawab, Niall segera membantuku membopong Zayn dan menyuruhku untuk membawanya masuk ke dalam.

Ya, sekarang aku ada di rumah The Boys! Aku tak menyangka bisa ada disini, meski harus dengan keadaan Zayn yang seperti ini.

Lalu aku dan Niall menyandarkan Zayn di sofa ruang tengah. Liam, Harry, dan Louis pun muncul.

“Hey, what’s going on?” tanya Harry.

“Lalu, gadis itu siapa?” sahut Louis sambil menunjuk ke arahku.
Mereka tampak kebingungan, begitu juga dengan Liam.

“Calm down, guys! Gadis ini yang telah menolong Zayn dan membawanya kesini. Dia akan menceritakan semuanya,” terang Niall.

“Baiklah kalau begitu aku akan mengambilkannya air putih. Hold on!,” kata Liam lalu melangkah pergi untuk mengambilkanku air putih.

Tak lama kemudian Liam datang dengan segelas air putih di tangannya dan menyerahkannya padaku. “Thanks, Liam,” ucapku sambil tersenyum gugup.

Setelah aku meneguk minumanku, aku mulai bercerita kepada mereka. “Jadi begini, saat aku pulang dan lewat di depan sebuah bar, ku lihat ada seseorang yang tergeletak di tepi jalan. Lalu aku berlari menghampirinya, dan saat kulihat, ternyata itu Zayn Malik. Segera aku memanggil taksi dan membawanya kemari.”

Niall mengangguk perlahan. “Well, aku mengerti. Semenjak dia putus dari Sharon, dia jadi sering seperti ini. Dan kami juga tak dapat berbuat apa-apa karena Zayn tak suka dikekang kemauannya. Anyway, thanks.... hhm.. Oh, what’s your name?

“emm.. I’m sorry to hear that. Anyway, My name’s Clarissa Emeline Perch. Just call Clarissa for short,” jawabku dengan senyum.

“Okay, thank you Clarissa. Kau sudah berbaik hati mengantarkan Zayn kesini,” sahut Liam.

“No problem. Aku senang bisa membantu dan bisa mengobrol dengan One Direction yang sangat terkenal itu.”

“Haha, kau ini bisa saja,” jawab Louis sembari tertawa. “Kami juga hanyalah manusia biasa, sama hal nya sepertimu.”

“By the way, Clarissa. Ini sudah larut malam, mau kuantar kau pulang?” tawar Niall.

“Tidak perlu, Niall. Aku bisa pulang sendiri. Thank you,” jawabku dengan senyum mengembang di bibirku.

“Tapi ini sudah larut malam, tidak baik gadis sepertimu keluar sendirian dan mungkin sudah tidak ada lagi taksi yang lewat.”

“Niall benar, Clarissa. Biar dia antar kau pulang,” sahut Harry.

“emm.. Baiklah kalau begitu, asal tidak merepotkan” jawabku.

“Oh, tentu saja tidak Clarissa. Justru kami yang meminta maaf padamu karena sudah merepotkanmu begini,” kata Niall.

“Eh, tidak kok. Aku senang bisa membantu.”

“Thanks, Clarissa.”

“No problem.”


*****


Di perjalanan pulang, tak banyak percakapan yang keluar diantara aku dan Niall. Mungkin karena kami berdua sudah merasa lelah karena memang malam ini sudah terlalu larut dan menjelang pergantian hari. Hanya sesekali saja kami berbincang. Niall bertanya tentang kehidupanku, dan ku jawab seperlunya. Rasanya aku sudah ngantuk berat, tapi aku berusaha agar tidak tidur di perjalanan. Dan aku rasa Niall juga memahaminya.

“Kalau kau mengantuk, lebih baik tidur saja Clarissa,” kata Niall.

“Hmm? Tidak kok,” jawabku.

“Haha, jangan membohongiku. Sudah tidur saja dulu.”

“Eh? Tapi kalau aku tidur sekarang, bagaimana kalau kita tersesat? Kau kan belum tau rumahku? Lagipula rumahku sudah dekat kok. Di depan ada perempatan, lalu belok kiri, nah itu rumahku.”

“Oh, baiklah.”

Niall memberhentikan mobilnya tepat di depan rumahku. “Di sini?”

“That’s right! Tepat di sini. Thank you Niall, sudah mau mengantarku pulang.”

“No problem. Aku juga mau berterima kasih sekali lagi atas pertolonganmu.”

“It doesn’t matter. Kalau begitu aku turun dulu ya. Bye!”

“Bye,” jawab Niall.


*****


Keesokan harinya, saat aku terbangun silau sinar mentari sudah menembus tirai jendela kamarku. Kebetulan hari ini libur musim panas dan tak ada jadwal kuliah, jadi aku bebas bangun siang.

Tiba-tiba bayangan Niall berputar di otakku. Teringat akan sosok Niall yang mengantarkanku pulang kemarin malam. Senyumannya, suaranya, matanya, dan cara dia menatapku.... emm... Oh my God! So cute...!!!

“Aaarrrrggghhhhh....!!! What the?!!” kataku kesal sambil mengaruk-garuk kepalaku.

 “Ting.. Tong..!!” suara bel membangunkanku dari lamunan. Aku terlonjak.

Aku lalu bangun dan bergegas membukakan pintu. Alangkah terkejutnya diriku! Seakan tubuhku mati rasa mengetahui siapa yang berdiri di depanku sekarang.

“Zayn!!!!!” batinku menjerit. Aku melongo dan Zayn hanya tersenyum geli melihatku.Dia mengenakan T-shirt putih polos, jeans hitam, dan sneakers merah. Simple! tapi dia terlihat sangat tampan, apalagi dengan jambulnya yang tertata rapi.

Aku hanya terdiam, berdiri kaku. Dengan masih mengenakan piyama yang kusut, rambut yang masih acak-acakan, wajah yang kusam, dan tentu saja bau badan yang tidak sedap di tubuhku. Bagaimana mungkin aku tampil seperti ini di hadapan Zayn?! Oh God!!



Next Part >>


Tidak ada komentar:

Posting Komentar