LOVED YOU FIRST
Part 1
Clarissa POV
Sebelumnya, perkenalkan namaku Clarissa Emeline Perch. Aku adalah seorang
gadis berusia 18 tahun yang lahir di kota Guildford, Inggris. Aku lahir dari
keluarga yang sederhana. Aku sangat menyanyangi kedua orang tuaku, Clark James
Perch dan Anne Marissa Perch, dan tentu saja adikku satu-satunya, Jonathan Mark
Perch. Sekarang aku tinggal sendiri di London, terpisah dengan keluargaku untuk
melanjutkan kuliah ku disini karena orang tuaku ingin aku belajar menjadi
seorang yang mandiri. Di London aku menyewa sebuah rumah yang tidak terlalu
besar dan sederhana.
Soal ciri-ciri fisikku, aku memiliki
tubuh yang ideal, tinggi badanku sekitar 165 cm. Berambut panjang, hitam, dan
lurus.Banyak yang bilang aku memiliki wajah yang cantik, but I think I’m just
an ordinary girl. Ya, itulah sepenggal cerita mengenai siapa diriku.
*****
“knock..!! knock..!!” Aku mengetuk
pintu sebuah rumah yang besar dihadapanku sambil menyangga tubuh Zayn yang
hampir ambruk. Tak lama kemudian seseorang membukakan pintu. Ya, itu Niall.
Sekejap Niall memperhatikan aku dan Zayn. Sepertinya dia terkejut mendapati
diriku yang sedang membopong Zayn dan bau alkohol yang tersengat dari tubuh
Zayn.
“Hey, apa yang terjadi pada Zayn? And
who are you?”. Belum sempat aku menjawab, Niall segera membantuku membopong
Zayn dan menyuruhku untuk membawanya masuk ke dalam.
Ya, sekarang aku ada di rumah The
Boys! Aku tak menyangka bisa ada disini, meski harus dengan keadaan Zayn yang
seperti ini.
Lalu aku dan Niall menyandarkan Zayn
di sofa ruang tengah. Liam, Harry, dan Louis pun muncul.
“Hey, what’s going on?” tanya Harry.
“Lalu, gadis itu siapa?” sahut Louis
sambil menunjuk ke arahku.
Mereka tampak kebingungan, begitu
juga dengan Liam.
“Calm down, guys! Gadis ini yang
telah menolong Zayn dan membawanya kesini. Dia akan menceritakan semuanya,”
terang Niall.
“Baiklah kalau begitu aku akan
mengambilkannya air putih. Hold on!,” kata Liam lalu melangkah pergi untuk
mengambilkanku air putih.
Tak lama kemudian Liam datang
dengan segelas air putih di tangannya dan menyerahkannya padaku. “Thanks, Liam,” ucapku
sambil tersenyum gugup.
Setelah aku meneguk minumanku, aku
mulai bercerita kepada mereka. “Jadi begini, saat aku pulang dan lewat di depan
sebuah bar, ku lihat ada seseorang yang tergeletak di tepi jalan. Lalu aku
berlari menghampirinya, dan saat kulihat, ternyata itu Zayn Malik. Segera aku
memanggil taksi dan membawanya kemari.”
Niall mengangguk perlahan. “Well, aku
mengerti. Semenjak dia putus dari Sharon, dia jadi sering seperti ini. Dan kami
juga tak dapat berbuat apa-apa karena Zayn tak suka dikekang kemauannya.
Anyway, thanks.... hhm.. Oh, what’s your name?
“emm.. I’m sorry to hear that.
Anyway, My name’s Clarissa Emeline Perch. Just call Clarissa for short,”
jawabku dengan senyum.
“Okay, thank you Clarissa. Kau sudah berbaik
hati mengantarkan Zayn kesini,” sahut Liam.
“No problem. Aku senang bisa membantu
dan bisa mengobrol dengan One Direction yang sangat terkenal itu.”
“Haha, kau ini bisa saja,” jawab
Louis sembari tertawa. “Kami juga hanyalah manusia biasa, sama hal nya
sepertimu.”
“By the way, Clarissa. Ini sudah
larut malam, mau kuantar kau pulang?” tawar Niall.
“Tidak perlu, Niall. Aku bisa pulang
sendiri. Thank you,” jawabku dengan senyum mengembang di bibirku.
“Tapi ini sudah larut malam, tidak
baik gadis sepertimu keluar sendirian dan mungkin sudah tidak ada lagi taksi
yang lewat.”
“Niall benar, Clarissa. Biar dia
antar kau pulang,” sahut Harry.
“emm.. Baiklah kalau begitu, asal
tidak merepotkan” jawabku.
“Oh, tentu saja tidak Clarissa.
Justru kami yang meminta maaf padamu karena sudah merepotkanmu begini,” kata
Niall.
“Eh, tidak kok. Aku senang bisa
membantu.”
“Thanks, Clarissa.”
“No problem.”
*****
Di perjalanan pulang, tak banyak
percakapan yang keluar diantara aku dan Niall. Mungkin karena kami berdua sudah
merasa lelah karena memang malam ini sudah terlalu larut dan menjelang pergantian
hari. Hanya sesekali saja kami berbincang. Niall bertanya tentang kehidupanku,
dan ku jawab seperlunya. Rasanya aku sudah ngantuk berat, tapi aku berusaha
agar tidak tidur di perjalanan. Dan aku rasa Niall juga memahaminya.
“Kalau kau mengantuk, lebih baik
tidur saja Clarissa,” kata Niall.
“Hmm? Tidak kok,” jawabku.
“Haha, jangan membohongiku. Sudah
tidur saja dulu.”
“Eh? Tapi kalau aku tidur sekarang,
bagaimana kalau kita tersesat? Kau kan belum tau rumahku? Lagipula rumahku
sudah dekat kok. Di depan ada perempatan, lalu belok kiri, nah itu rumahku.”
“Oh, baiklah.”
Niall memberhentikan mobilnya tepat
di depan rumahku. “Di sini?”
“That’s right! Tepat di sini. Thank
you Niall, sudah mau mengantarku pulang.”
“No problem. Aku juga mau berterima
kasih sekali lagi atas pertolonganmu.”
“It doesn’t matter. Kalau begitu aku
turun dulu ya. Bye!”
“Bye,” jawab Niall.
*****
Keesokan harinya, saat aku terbangun
silau sinar mentari sudah menembus tirai jendela kamarku. Kebetulan hari ini
libur musim panas dan
tak ada jadwal kuliah, jadi aku bebas bangun siang.
Tiba-tiba bayangan Niall berputar di
otakku. Teringat akan sosok Niall yang mengantarkanku pulang kemarin malam.
Senyumannya, suaranya, matanya, dan cara dia menatapku.... emm... Oh my God! So
cute...!!!
“Aaarrrrggghhhhh....!!! What the?!!”
kataku kesal sambil mengaruk-garuk kepalaku.
“Ting.. Tong..!!” suara bel membangunkanku
dari lamunan. Aku terlonjak.
Aku lalu bangun dan bergegas
membukakan pintu. Alangkah terkejutnya diriku! Seakan tubuhku mati rasa mengetahui
siapa yang berdiri di depanku sekarang.
“Zayn!!!!!” batinku menjerit. Aku
melongo dan Zayn hanya tersenyum geli melihatku.Dia mengenakan T-shirt putih
polos, jeans hitam, dan sneakers merah. Simple! tapi dia terlihat sangat tampan,
apalagi dengan jambulnya yang tertata rapi.
Aku hanya terdiam, berdiri kaku.
Dengan masih mengenakan piyama yang kusut, rambut yang masih acak-acakan, wajah
yang kusam, dan tentu saja bau badan yang tidak sedap di tubuhku. Bagaimana
mungkin aku tampil seperti ini di hadapan Zayn?! Oh God!!
Next Part >>
Next Part >>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar