Kamis, 28 Maret 2013

FF 1D - Loved You First Part 2


LOVED YOU FIRST
Part 2

Clarissa POV

“Zayn!!!!!” batinku menjerit. Aku melongo dan Zayn hanya tersenyum geli melihatku.Dia mengenakan T-shirt putih polos, jeans hitam, dan sneakers merah. Simple! tapi dia terlihat sangat tampan, apalagi dengan jambulnya yang tertata rapi.

Aku hanya terdiam, berdiri kaku. Dengan masih mengenakan piyama yang kusut, rambut yang masih acak-acakan, wajah yang kusam, dan tentu saja bau badan yang tidak sedap di tubuhku. Bagaimana mungkin aku tampil seperti ini di hadapan Zayn?! Oh God!!

“Zayn, I’m sorry. Silahkan masuk! Akan ku buatkan kau minum”. Zayn mengangguk sambil
menahan tertawanya. Ya ampun! Sungguh malunya diriku –“

Dengan tergesa-gesa aku mencuci muka, menggosok gigi, menyisir rambutku, berganti pakaian dan memakai parfum, lalu ke dapur untuk membuatkan Zayn segelas jus jeruk. Lalu kuantarkan minuman ini ke ruang tengah dan ku taruh minuman ini di meja. “Ini Zayn untukmu, minumlah!”

“Thank you.”

Sekarang aku tampak lebih rapi daripada saat pertama Zayn datang ke rumahku. Tapi, tetap saja aku masih merasa malu padanya.

“Hhm... I’m sorry Zayn. Jika penampilanku tadi berantakan dan tidak sopan. Aku sangat terkejut dan tak menyangka kau akan  datang kemari. Anyway, boleh ku tau apa tujuanmu menemuiku?”

“It doesn’t matter, Clarissa. Hhmm... namamu benar Clarissa kan?” tanya Zayn. Akupun mengangguk mengiyakan.

“Soal kedatanganku kesini aku ingin mengucapkan terima kasih padamu karena kemarin kau telah menolongku dan mengantarku pulang. The Boys telah menceritakan semuanya padaku. Thank you so much! Dan sebagai ucapan terima kasihku, aku ingin mengajakmu pergi untuk makan siang.”

Aku terkejut, namun juga merasa senang mendengarnya. Bayangkan saja aku yang hanya seorang gadis biasa, diajak lunch bareng seorang superstar seperti Zayn Malik!

“Zayn, sejujurnya aku senang bisa membantumu. Dan kau tak perlu mengajakku makan siang seperti itu.”

“Ayolah Clarissa, please!! Ini sebagai ucapan terima kasihku. Aku mohon kau mau, pleaseee!” ucap Zayn dengan nada memohon.

“Hhmm.. OK, Zayn. Aku dengan senang hati menerima ajakanmu,” jawabku sambil tersenyum padanya.

“Thank you, Clarissa.”

“You’re welcome. Tapi aku mandi dulu sebentar ya? Kau tak keberatan kan?”

“OK. Tentu saja tidak. Aku akan menunggumu. Dandanlah yang cantik untukku. Haha,” jawab Zayn sambil tertawa.

“Ah kau ini bisa saja. OK, wait!” Aku lalu melangkah menuju ke kamar mandi untuk bergegas mandi.

Setelah selesai mandi, aku berdandan terlebih dahulu sebelum akhirnya menemui Zayn di ruang tengah. Pakaian yang aku kenakan simple! Baju biru langit, celana jeans, dan sepatu high heels.

“Ternyata kau cantik juga ya kalau sudah mandi,” kata Zayn meledekku, tapi aku hanya menanggapinya dengan senyum malu.

“Sudahlah, Zayn. Kita berangkat sekarang saja.”

“OK.”
*****

Zayn memberhentikan mobilnya di parkiran sebuah caffe. Sebelum turun dari mobil, Zayn mengenakan kacamata hitamnya dan topi agar orang-orang tak begitu mengenalinya.
Kemudian kami memilih tempat duduk di luar ruangan. Setelah itu, kami memesan sebuah minuman dan mulai mengobrol.

“Hhmm... Clarissa. Sekali lagi thanks ya,” kata Zayn mengawali pembicaraan.

“ah, Zayn. Berapa kali lagi kalimat itu harus kau ucapkan? Sungguh aku sama sekali tidak merasa direpotkan.”

“Hehe. Ternyata penampilan dan hatimu itu sama. Sama-sama cantik,” ucap Zayn. Seketika itu juga rona merah tersemburat di pipiku.

“Eh, kau ini. Terus saja kau bergurau,” jawabku sambil menundukkan kepalaku untuk menyembunyikan wajahku yang memerah.

“Aku tak bergurau. Tak banyak gadis sepertimu yang bersedia menolongku tanpa pamrih. Biasanya mereka menolongku hanya karena statusku dan menuntut imbalan dariku. You know, you’re different,” terang Zayn.

Aku terdiam,  mulutku terkunci rapat setelah mendengar perkataan Zayn.

Tak lama kemudian seorang waiter membawakan minuman pesanan kami dan menaruhnya dimeja. “Selamat menikmati.”

“Thank you,” jawab Zayn. Waiter itupun lalu meninggalkan aku dan Zayn berdua saja.

“Anyway, maukah kau untuk menjadi assistant pribadiku, Clarissa?” tawar Zayn.
Aku terkejut mendengarnya. “What? Are you serious?”

“Yeah, I’m sure.”

“Tapi bagaimana mungkin kau langsung mempercayaiku untuk bekerja denganmu sedangkan kita baru saja kenal dan kau pun tak cukup mengenal siapa diriku”.

“I don’t know. Tapi saat pertama kali melihat dan mengobrol sedikit banyak denganmu, itu sudah membuatku percaya padamu. Dan aku tak tau kenapa aku sangat percaya padamu, orang yang baru beberapa jam lalu ku kenal. Please Clarissa, ku harap kau mau,” tawar Zayn lagi dengan nada memohon.

“Tap... tapi...” jawabku ragu.

“Please......”

“emh.. Okay. Aku mau menjadi assistant pribadimu, Zayn.”

“Yess... thank you, Clarissa. I know you’re a good girl.” Zayn tersenyum manis sekali. Membuatku....... arrrrggghhh!!! Sudahlah!

“You’re welcome, Zayn. That’s my pleasure J

“Oh ya, ku dengar kau ini menyewa rumah ya?” tanya Zayn.

“eh, iya. Why?”

“Mulai sekarang kau tak perlu membayar uang sewa rumah itu lagi,” kata Zayn. Aku pun tak mengerti, “Why?”

“Karena aku ingin kau tinggal di rumahku bersama The Boys.”
Sontak aku terkejut, “Apa? Pindah ke rumah kalian?”

“Iya. Bukan masalah, kan?”

“Tapi......” kataku.

“Tapi apa? Kau ingat kan sekarang kau sudah menjadi kau sudah menjadi assistant pribadiku?”

“Tapi apa kau tak takut tanggapan orang-orang dan para fans kalian nantinya kalau tau ada seorang gadis yang tinggal satu rumah dengan kalian?” tanyaku dengan nada yang ragu.

“Itu mudah saja. Aku hanya tinggal bilang pada mereka kalau kau ini assistant baruku. Jadi, bagaimana?” tanya Zayn lagi.

Sejenak aku berpikir, “Hhmmm.....”

“Ayolah.. everything’s gonna be alright!” kata Zayn meyakinkan.

“Hhhmmm... OK.”

“Yeay! Sekali lagi terima kasih, Clarissa,” seru Zayn.

“No, Zayn. Akulah yang seharusnya berterima kasih padamu. Ini sudah lebih dari cukup. Padahal aku benar-benar tulus membantumu.

“Dan aku juga tulus berterima kasih padamu, hehe.”

“Oh, Zayn. Sudahlah.”

“Hehe, OK.”
######

Zayn mengantarkanku pulang ke rumah sewaku untuk membawa baju-bajuku dan membereskan administrasi rumah itu. Setelah selesai Zayn langsung membawaku ke rumahnya. Tujuannnya juga untuk mngenalkanku pada mereka, atau lebih tepatnya mengenalkan aku sebagai assistant pribadinya yang baru.

“Hey, Guys!” sapa Zayn pada The Boys yang sedang asik berenang di kolam renang yang terletak di taman luas di belakang rumah.

“Hey, Zayn. Bagaimana kencan mu tadi? Sukses bukan?” goda Louis.

“Ah kau ini apa-apaan Lou?! Anyway, kenalkan ini Clarissa.” Seketika itu juga aku menampakkan diriku yang sedari tadi bediri di balik tubuh Zayn, “eh, hai.”

“Haha, Zayn. Apa kau bergurau? Tentu saja kami sudah mengenalnya. Untuk apa kau perkenalkan lagi pada kami?” Tanya Niall.

“No, no! maksudku, dia ku perkenalkan pada kalian sebagia assistant pribadiku. Dan mulai sekarang dia akan tinggal disini bersama kita.”

“What?” seru The Boys serempak.

“Yaya. Ku pikir aku butuh seorang assistant untuk membantuku mengatur dan menyiapkan apa saja yang kubutuhkan sebelum dan sesudah konser. And you know, terkadang aku kesulitan menyiapkannya sendiri,” terang Zayn.

“Bukankah kau baru mengenalnya?” tanya Liam.

“Ya, aku tau. Tapi aku tak tau kenapa bisa sangat mempercayainya. Dan aku rasa kalian juga sependapat denganku kalau dia itu good girl.”

“Emm.. OK. Itu bukan ide yang buruk, karena sebenarnya memang kita juga membutuhkan seorang assistant, guys,” kata Harry.

“Baiklah. Selamat datang di rumah kami, Clarissa . Kuharap kau betah tinggal di sini,” sambut Niall.

“OK. Mari kuantar kau ke kamarmu.” Aku hanya mengangguk dan berjalan mengikuti Zayn di belakangnya.

Kemudian kubereskan semua baju-bajuku di kamar baruku dan membersihkan ruangannya. Zayn pun ikut membantuku.

Setelah semuanya selesai, aku memutuskan untuk memberi kabar ayah dan ibuku kalau sekarang aku sudah pindah rumah. Aku tak bisa membayangkan bagaimana reaksi mereka kalau tau aku sekarang tinggal satu rumah dengan One Direction. Huh! -___-



<< Previous Part   |   Next Part >>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar