LOVED YOU FIRST
Part 2
Clarissa POV
“Zayn!!!!!” batinku menjerit. Aku
melongo dan Zayn hanya tersenyum geli melihatku.Dia mengenakan T-shirt putih
polos, jeans hitam, dan sneakers merah. Simple! tapi dia terlihat sangat tampan,
apalagi dengan jambulnya yang tertata rapi.
Aku hanya terdiam, berdiri kaku.
Dengan masih mengenakan piyama yang kusut, rambut yang masih acak-acakan, wajah
yang kusam, dan tentu saja bau badan yang tidak sedap di tubuhku. Bagaimana
mungkin aku tampil seperti ini di hadapan Zayn?! Oh God!!
“Zayn, I’m sorry. Silahkan masuk!
Akan ku buatkan kau minum”. Zayn mengangguk sambil
menahan tertawanya. Ya ampun! Sungguh
malunya diriku –“
Dengan tergesa-gesa aku mencuci muka,
menggosok gigi, menyisir rambutku, berganti pakaian dan memakai parfum, lalu ke dapur untuk membuatkan Zayn segelas jus jeruk. Lalu kuantarkan minuman
ini ke ruang tengah dan ku taruh minuman ini di meja. “Ini Zayn untukmu,
minumlah!”
“Thank you.”
Sekarang aku tampak lebih rapi daripada
saat pertama Zayn datang ke rumahku. Tapi, tetap saja aku masih merasa malu
padanya.
“Hhm... I’m sorry Zayn. Jika
penampilanku tadi berantakan dan tidak sopan. Aku sangat terkejut dan tak
menyangka kau akan datang kemari.
Anyway, boleh ku tau apa tujuanmu menemuiku?”
“It doesn’t matter, Clarissa. Hhmm...
namamu benar Clarissa kan?” tanya Zayn. Akupun mengangguk mengiyakan.
“Soal kedatanganku kesini aku ingin
mengucapkan terima kasih padamu karena kemarin kau telah menolongku dan mengantarku
pulang. The Boys telah menceritakan semuanya padaku. Thank you so much! Dan
sebagai ucapan terima kasihku, aku ingin mengajakmu pergi untuk makan siang.”
Aku terkejut, namun juga merasa
senang mendengarnya. Bayangkan saja aku yang hanya seorang gadis biasa, diajak
lunch bareng seorang superstar seperti Zayn Malik!
“Zayn, sejujurnya aku senang bisa
membantumu. Dan kau tak perlu mengajakku makan siang seperti itu.”
“Ayolah Clarissa, please!! Ini
sebagai ucapan terima kasihku. Aku mohon kau mau, pleaseee!” ucap Zayn dengan
nada memohon.
“Hhmm.. OK, Zayn. Aku dengan senang
hati menerima ajakanmu,” jawabku sambil tersenyum padanya.
“Thank you, Clarissa.”
“You’re welcome. Tapi aku mandi dulu
sebentar ya? Kau tak keberatan kan?”
“OK. Tentu saja tidak. Aku akan
menunggumu. Dandanlah yang cantik untukku. Haha,” jawab Zayn sambil tertawa.
“Ah kau ini bisa saja. OK, wait!” Aku
lalu melangkah menuju ke kamar mandi untuk bergegas mandi.
Setelah selesai mandi, aku berdandan
terlebih dahulu sebelum akhirnya menemui Zayn di ruang tengah. Pakaian yang aku
kenakan simple! Baju biru langit, celana jeans, dan sepatu high heels.
“Ternyata kau cantik juga ya kalau
sudah mandi,” kata Zayn meledekku, tapi aku hanya menanggapinya dengan senyum
malu.
“Sudahlah, Zayn. Kita berangkat
sekarang saja.”
“OK.”
*****
Zayn memberhentikan mobilnya di
parkiran sebuah caffe. Sebelum turun dari mobil, Zayn mengenakan kacamata
hitamnya dan topi agar orang-orang tak begitu mengenalinya.
Kemudian kami memilih tempat duduk di
luar ruangan. Setelah itu, kami memesan sebuah minuman dan mulai mengobrol.
“Hhmm... Clarissa. Sekali lagi thanks
ya,” kata Zayn mengawali pembicaraan.
“ah, Zayn. Berapa kali lagi kalimat
itu harus kau ucapkan? Sungguh aku sama sekali tidak merasa direpotkan.”
“Hehe. Ternyata penampilan dan hatimu
itu sama. Sama-sama cantik,” ucap Zayn. Seketika itu juga rona merah
tersemburat di pipiku.
“Eh, kau ini. Terus saja kau
bergurau,” jawabku sambil menundukkan kepalaku untuk menyembunyikan wajahku
yang memerah.
“Aku tak bergurau. Tak banyak gadis
sepertimu yang bersedia menolongku tanpa pamrih. Biasanya mereka menolongku
hanya karena statusku dan menuntut imbalan dariku. You know, you’re different,”
terang Zayn.
Aku terdiam, mulutku terkunci rapat setelah mendengar
perkataan Zayn.
Tak lama kemudian seorang waiter
membawakan minuman pesanan kami dan menaruhnya dimeja. “Selamat menikmati.”
“Thank you,” jawab Zayn. Waiter
itupun lalu meninggalkan aku dan Zayn berdua saja.
“Anyway, maukah kau untuk menjadi
assistant pribadiku, Clarissa?” tawar Zayn.
Aku terkejut mendengarnya. “What? Are
you serious?”
“Yeah, I’m sure.”
“Tapi bagaimana mungkin kau langsung
mempercayaiku untuk bekerja denganmu sedangkan kita baru saja kenal dan kau pun
tak cukup mengenal siapa diriku”.
“I don’t know. Tapi saat pertama kali
melihat dan mengobrol sedikit banyak denganmu, itu sudah membuatku percaya
padamu. Dan aku tak tau kenapa aku sangat percaya padamu, orang yang baru
beberapa jam lalu ku kenal. Please Clarissa, ku harap kau mau,” tawar Zayn lagi
dengan nada memohon.
“Tap... tapi...” jawabku ragu.
“Please......”
“emh.. Okay. Aku mau menjadi
assistant pribadimu, Zayn.”
“Yess... thank you, Clarissa. I know
you’re a good girl.” Zayn tersenyum manis sekali. Membuatku....... arrrrggghhh!!!
Sudahlah!
“You’re welcome, Zayn. That’s my
pleasure J”
“Oh ya, ku dengar kau ini menyewa rumah ya?”
tanya Zayn.
“eh, iya. Why?”
“Mulai sekarang kau tak perlu membayar uang
sewa rumah itu lagi,” kata Zayn. Aku pun tak mengerti, “Why?”
“Karena aku ingin kau tinggal di rumahku
bersama The Boys.”
Sontak aku terkejut, “Apa? Pindah ke rumah
kalian?”
“Iya. Bukan masalah, kan?”
“Tapi......” kataku.
“Tapi apa? Kau ingat kan sekarang kau sudah
menjadi kau sudah menjadi assistant pribadiku?”
“Tapi apa kau tak takut tanggapan orang-orang dan
para fans kalian nantinya kalau tau ada seorang gadis yang tinggal satu rumah
dengan kalian?” tanyaku dengan nada yang ragu.
“Itu mudah saja. Aku hanya tinggal bilang pada
mereka kalau kau ini assistant baruku. Jadi, bagaimana?” tanya Zayn lagi.
Sejenak aku berpikir, “Hhmmm.....”
“Ayolah.. everything’s gonna be alright!” kata
Zayn meyakinkan.
“Hhhmmm... OK.”
“Yeay! Sekali lagi terima kasih, Clarissa,”
seru Zayn.
“No, Zayn. Akulah yang seharusnya berterima
kasih padamu. Ini sudah lebih dari cukup. Padahal aku benar-benar tulus
membantumu.
“Dan aku juga tulus berterima kasih padamu,
hehe.”
“Oh, Zayn. Sudahlah.”
“Hehe, OK.”
######
Zayn mengantarkanku pulang ke rumah
sewaku untuk membawa baju-bajuku dan membereskan administrasi rumah itu.
Setelah selesai Zayn langsung membawaku ke rumahnya. Tujuannnya juga untuk
mngenalkanku pada mereka, atau lebih tepatnya mengenalkan aku sebagai assistant
pribadinya yang baru.
“Hey, Guys!” sapa Zayn pada The Boys
yang sedang asik berenang di kolam renang yang terletak di taman luas di
belakang rumah.
“Hey, Zayn. Bagaimana kencan mu tadi?
Sukses bukan?” goda Louis.
“Ah kau ini apa-apaan Lou?! Anyway,
kenalkan ini Clarissa.” Seketika itu juga aku menampakkan diriku yang sedari
tadi bediri di balik tubuh Zayn, “eh, hai.”
“Haha, Zayn. Apa kau bergurau? Tentu
saja kami sudah mengenalnya. Untuk apa kau perkenalkan lagi pada kami?” Tanya
Niall.
“No, no! maksudku, dia ku perkenalkan
pada kalian sebagia assistant pribadiku. Dan mulai sekarang dia akan tinggal
disini bersama kita.”
“What?” seru The Boys serempak.
“Yaya. Ku pikir aku butuh seorang
assistant untuk membantuku mengatur dan menyiapkan apa saja yang kubutuhkan
sebelum dan sesudah konser. And you know, terkadang aku kesulitan menyiapkannya
sendiri,” terang Zayn.
“Bukankah kau baru mengenalnya?” tanya Liam.
“Ya, aku tau. Tapi aku tak tau kenapa bisa
sangat mempercayainya. Dan aku rasa kalian juga sependapat denganku kalau dia itu good girl.”
“Emm.. OK. Itu bukan ide yang buruk, karena
sebenarnya memang kita juga membutuhkan seorang assistant, guys,” kata Harry.
“Baiklah. Selamat datang di rumah kami,
Clarissa . Kuharap kau betah tinggal di sini,” sambut Niall.
“OK. Mari kuantar kau ke kamarmu.” Aku hanya
mengangguk dan berjalan mengikuti Zayn di belakangnya.
Kemudian kubereskan semua baju-bajuku di kamar
baruku dan membersihkan ruangannya. Zayn pun ikut membantuku.
Setelah semuanya selesai, aku memutuskan untuk
memberi kabar ayah dan ibuku kalau sekarang aku sudah pindah rumah. Aku tak bisa
membayangkan bagaimana reaksi mereka kalau tau aku sekarang tinggal satu rumah
dengan One Direction. Huh! -___-
<< Previous Part | Next Part >>
<< Previous Part | Next Part >>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar