Rabu, 03 Juli 2013

FF 1D - Loved You First Part 4



LOVED YOU FIRST
Part 4


Clarissa POV

Hari masih pagi, The Boys belum ada satupun yang bangun. Aku langsung saja mengambil inisiatif untuk membuatkan mereka sarapan. Kuambil bahan-bahan yang diperlukan yang tersedia di dalam kulkas, lalu aku mulai mengolahnya.

Setelah matang, kutata makanan-makanan itu di meja makan. Aku terperanjat ketika aku tak sengaja menoleh, Zayn sudah berdiri di belakangku. “Oh, Zayn. Kau
mengagetkanku.”

“Eh, sorry. Aku tak bermaksud seperti itu.”

“Iya. Tidak apa-apa kok. Anyway, kau sudah bangun?”

“Ya, tentu saja. Bau masakan yang enak ini telah membangunkanku. Kau yang memasaknya sendiri?” tanya Zayn.

“Hehe, kau bisa saja Zayn. Iya aku yang memasaknya sendiri.”

“Untuk kami?” Zayn mengerutkan keningnya.

“Iyalah, masa iya semua makanan ini kumakan sendirian? Haha,” candaku.

“Ohaha. Kau ini,” ujar Zayn sambil mencolek daguku. Seketika aku berhenti tertawa dan
kurasakan ada sedikit getaran yang kurasakan dalam hatiku.

“Anyway, kau ini assistantku. Bukan tukang masak untuk kami, ” kata Zayn.

“Hehe, iya aku tau. Tapi bukan masalah, kan? Lagipula ini kemauanku sendiri, anggap saja ini ucapan terimakasihku karena kalian telah mengijinkanku tinggal di sini.”

“Clarissa......”, ujar Zayn sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Why?” tanyaku.

“Eh, no..no.. baiklah, terserah kau saja. Lakukanlah apa yang kau mau, asal kau menyukainya itu bukan masalah,” kata Zayn sambil tersenyum dan kemudian berbalik pergi meninggalkanku.

Aku yang bingung dengan sikap Zayn barusan hanya bisa menggelengkan kepalaku sembari menatap kepergiannya.


*****
Aku duduk di beranda rumah sembari memandangi langit malam yang berhiaskan cahaya bulan dan bintang. Ini kulakukan hampir setiap malam, dan mungkin bisa disebut sebagai  kebiasaanku.

“Dorrrrr...!”

Suara itu memecah keheningan. Aku terkejut mendapati Zayn yang sudah berdiri di sampingku. Seketika itu juga tubuhku terlonjak.

“Eh, Zayn. Kau ini suka sekali membuat orang jantungan ya? Huh!”

“Haha, I’m sorry. Aku memang sengaja.”

“Dasar kau ini menyebalkan.” Kataku sambil ku kerucutkan bibirku.

“Hey, jangan ngambek dong. Yaudah deh, daripada kamu manyun gitu mending kita pergi aja yuk ke suatu tempat,” ucap Zayn
sembari mendudukkan tubuhnya di sebelahku.

“Hah? Pergi? Bersamamu?” tanyaku tak yakin.

“Iyalah. Bagaimana? Kau mau kan?”

“tapi...”

“What?”

“T..tapi aku kan tidak punya baju yang bagus untuk dipakai keluar malam ini.”

“Tidak ada tapi-tapian. Sudah, kau ganti baju dulu sana. Sudah kusiapkan gaun untukmu di
kamarmu. Kau tahu, wajahmu jelek kalau terus-terusan melongo seperti itu. Sudah sana!
Dandanlah yang cantik untukku. Ku beri waktu 15 menit,” kata Zayn sembari mendorong tubuhku masuk ke dalam rumah, membuatku tak dapat berbuat apa-apa selain menuruti kemauannya.


*****

Author P.O.V

Clarissa menampakkan dirinya dengan mengenakan gaun merah yang membuatnya terlihat anggun dan cantik. Ternyata Zayn tak salah membelikan gaun itu untuknya. Selain ukurannya pas, gaun itu terlihat sangat cocok dikenakan Clarissa. Clarissa terlihat berbeda dari yang biasanya. Zayn pun terkagum melihatnya.  Tak satu patah kata keluar dari mulutnya, untuk beberapa saat.

“Hey, Zayn Javadd Malik! What do you think?”

“emh.. emh...!” Zayn mendadak jadi gagu.

“What’s wrong? Ada yang salah denganku?”

“Tidak, kau hanya terlihat... sedikit.... lebih... cantik!”

“Huh kau ini, kalau mau memujiku tidak usah tanggung-tanggung seperti itu -_-“

“Haha.. Baiklah Mrs. Perch. Ayo berangkat sekarang,” kata Zayn dengan senyum jahilnya sembari membukakan pintu mobil untuk Clarissa.

“Kemana?”

“Sudah, masuklah.”


*****

Sepulangnya dari tempat makan favoritnya, Niall langsung menuju ke kamar Clarissa sambil menenteng sebuah bungkusan yang berisi donat. Ia sengaja membelikan oleh-oleh untuk Clarissa karena dia tahu Clarissa sangat menyukai donat.

“Knock knock!” Niall mengetuk pintu kamar Clarissa. “Cla...! Clarissa....! Cla...!”

Berkali kali ia mengulang namun tak ada jawaban. Karena tak ada tanda-tanda ada orang di dalam, akhirnya Niall terpaksa membuka pintu itu, dan mukanya terlihat mulai khawatir karena ia tak mendapati Clarissa di situ. Niall langsung turun ke ruang tengah dan bertanya pada Harry, Louis, dan Liam yang tengah asik bermain PS.

“Guys, kalian tau kemana Clarissa? Sudah kucari di kamarnya, tapi tak ada,” tanya Niall dengan muka panik.

“Dia pergi bersama Zayn,” jawab Harry heran. “Anyway kenapa kau tampak panik seperti itu?”

“Tidak, bukan apa-apa. Sudah berapa lama mereka pergi?

“Sekitar setengah jam yang lalu. Kau tak perlu mencemaskannya. Dia pasti aman bersama Zayn.”

“Iya, kau ini kenapa Niall? Pulang-pulang langsung Clarissa yang kau cari? Sebenarnya kau ini darimana saja?” sahut Louis.

“Emh.” Niall berjalan mendekati The Boys dan menaruh bungkasan donat itu di meja. “Ini untuk kalian.”

Dengan perasaan kecewa, Niall langsung berlari menaiki tangga menuju kamarnya, tanpa menghiraukan Liam, Harry, dan Louis yang heran dengan sikapnya yang begitu mencemaskan Clarissa. Dia terlihat kecewa karena dia kalah start dari Zayn.

“Hey, ada apa dengannya?” tanya Liam.

“Entahlah,” jawab Louis. “Dia terlihat begitu mencemaskan Clarissa. Apa jangan-jangan dia suka pada Clarissa?”

“Hmm, I dont know,” kata Liam sambil mengangkat kedua bahunya.


*****

Clarissa P.O.V

Zayn mengajakku ke sebuah restoran yang mahal dan mewah. Namun, aku tak mengerti kenapa tak ada orang yang makan di sini. Hanya aku, Zayn, dan pelayan-pelayan restoran saja yang ku lihat.

“Zayn, restoran sebagus dan semewah ini sepi sekali. Jangan-jangan makanannya tidak enak, makanya jadi sepi pengunjung.”

Zayn tertawa lalu menjitak kepalaku, “haha, dasar bodoh.”

“aww! Sakit Zayn,” aku nyengir menahan sakit sembari mengusap-usap rambutku.

“Iya kau ini bodoh. Mana mungkin aku memilih restoran yang tidak enak makanannya-_-”

“Terus ini kok...?” tanyaku heran.

“Well, aku menyewa restoran langganan aku dan The Boys khusus malam ini. Agar aku bisa bebas dinner bersamamu, bodoh :p”

“Jadi restoran ini langganan kalian? Lalu apa maksudmu agar bisa bebas dinner bersamaku?” tanyaku masih tak mengerti.

“Ahh, kau ini memang bodoh. Masa begitu saja masih tak mengerti. Sudah duduklah dulu, kau akan tau nanti.” Zayn menarik sebuah kursi dan mempersilakan aku duduk disitu. Ku lihat meja di hadapanku berhiaskan sebuah lilin kecil indah yang menyala disertai mawar merah dan putih yang saling berdekapan mengitari lilin tersebut. Aku semakin tak mengerti apa maksud Zayn melakukan semua ini.

“Zayn...?”

“Yeah?”

“Apa ini tidak berlebihan?”

“Apanya yang berlebihan? Aku rasa semua ini tak ada yang berlebihan. Sudahlah, sekarang silakan pesan menu makanan yang kau mau. Bebas,” ucapnya.

“Tapi, Zayn..” belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Zayn lebih dulu memotongnya, “Cla, kau ini selain bodoh ternyata cerewet juga ya. Huh, sudahlah jangan banyak bertanya lagi.”

Huh, berani sekali dia mengataiku. Kalau saja dia tidak berbaik hati mengajakku dinner malam ini, mungkin sudah habis seorang ‘Zayn Malik’ ini di tanganku -_-


*****

“Whoa! Makanannya yummy... ternyata makanan di tempat ini so delicious! Aku sudah kenyang, Zayn,” kataku sambil mengusap-usap perutku.

“Kau sudah kenyang? Syukurlah kalau kau menyukai makanannya.”

“Iya, kalau saja perutku masih muat, aku ingin menghabiskan semuanya, terlalu sayang masakan semahal dan seenak ini tidak di habiskan huhu.”

“Baiklah, kalau kau mau lain waktu kita bisa datang lagi ke sini.”

“Benarkah? Kau mau mengajakku ke tempat ini lagi?” tanyaku girang.

“Iya, tentu saja. Selagi itu membuatmu senang, why not?”

“Awh, thanks a lot, Zayn.” Spontan, aku bangkit berdiri untuk menghampiri Zayn dan tanpa sadar memeluknya.


Author POV

Spontan, Clarissa bangkit menghampiri Zayn dan tanpa sadar memelukya. Zayn terkejut. Ia pun terlonjak. Namun, perlahan Zayn mulai membalas dekapan hangat Clarissa. Kini tak ada jarak yang membatasi mereka berdua.

“Ya Tuhan, andai waktu bisa kuhentikan saat ini juga. Aku tak ingin melepaskan pelukan ini. Aku tak ingin saat-saat ini berlalu begitu cepat,” batin Zayn.

Setelah menyadari tindakannya itu, Clarissa mulai melepaskan dekapannya dari tubuh Zayn. “Oh, I’m sorry Zayn. Maaf, aku lancang.” Seketika itu juga wajah Clarissa memerah.

“Oh, never mind. It’s okay.” Setelah kejadian tersebut keduanya bersikap kaku dan canggung.

“Emh, Cla...” Zayn membuka pembicaraan.

“Yeah?”

“Maukah kau... berdansa denganku?” tanya Zayn ragu.

“Emh.. Okay.”

Zayn tersenyum. Ia lalu bangkit dari kursinya, dan meraih kedua tangan Clarissa. Jantung Clarissa pun semakin tak karuan berdetak cepat ketika Zayn melingkarkan kedua tangannya di bahu Zayn.

“Oh, God! Ada apa dengan diriku? Ada apa dengan perasaanku? Kenapa aku tak kuasa untuk berhadapan dengannya? Kenapa badanku terasa lemas setiap kali menatap matanya? Oh My... Help me..! It feels like butterfly in my stomach!”, batin Clarissa.



Your hand fits in mine
Like it's made just for me
But bear this in mind
It was meant to be
And I'm joining up the dots
With the freckles on your cheeks
And it all makes sense to me

I know you've never loved
The crinkles by your eyes when you smile
You've never loved
Your stomach or your thighs
The dimples in your back at the bottom of your spine
But I'll love them endlessly

I won't let these little things slip out of my mouth
But if I do, it's you, Oh it's you, 
They add up to
I'm in love with you, 
And all these little things

<< Previous Part | Next Part >>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar